Alunan guqin melayang di tengah remang malam. Setiap senar bergetar, menorehkan kesedihan yang membekas di relung jiwa. Aku, Li Wei, berdiri tersembunyi di balik pilar berukir naga, menatapmu.
Cahaya rembulan membelai gaun putihmu, Xiao Yue. Gaun yang sama persis dengan yang dulu kita impikan. Gaun pernikahan. Gaun yang seharusnya aku lihat di altar bersamaku, bukan dengan pria itu.
Pria itu… Dia berdiri di sampingmu, wajahnya berseri-seri, seolah dunia berada di genggamannya. Padahal, dia tak tahu apa yang sebenarnya dia genggam.
Aku memilih diam. Bukan karena lemah. Bukan karena cintaku telah sirna. Tapi karena aku menyimpan rahasia. Rahasia yang lebih pahit dari empedu, lebih dingin dari salju di puncak gunung Kunlun. Rahasia yang akan menghancurkan semua yang dia cintai.
Dulu, aku menemukan surat. Surat yang tersembunyi di laci meja belajarmu. Surat cinta. Bukan untukku. Surat itu… untuk Ayahnya.
Saat itu, hatiku hancur berkeping-keping. Tapi amarahku lebih besar. Aku ingin berteriak, mengutuk, menuntut penjelasan. Namun, aku memilih jalan lain. Jalan yang lebih sunyi, lebih dingin, lebih… mematikan.
Aku tahu tentang bisnis kotor Ayahnya. Tentang perjudian ilegal, tentang penipuan, tentang darah yang tertumpah di balik senyum palsunya. Aku tahu karena aku… bekerja untuknya. Dulu. Sebelum aku mengenalmu. Sebelum aku jatuh cinta padamu.
Aku menyimpan bukti-bukti itu. Setiap transaksi ilegal, setiap ancaman, setiap kebohongan. Aku mengumpulkan semuanya dengan sabar, menunggu saat yang tepat untuk mengungkapnya. Saat yang tepat untuk membalas dendam.
Balas dendam tanpa kekerasan? Ya. Aku biarkan takdir yang bermain. Aku biarkan benih yang kutanam tumbuh subur, meracuni kebahagiaan mereka dari dalam.
Aku tahu, menikahi Xiao Yue adalah ambisi terbesar pria itu. Menyatukan kekayaan keluarganya dengan reputasi Ayahnya. Sebuah simbiosis yang sempurna. Namun, aku juga tahu, reputasi Ayahnya rapuh. Semakin tinggi dia terbang, semakin keras dia akan jatuh.
Dan malam ini… adalah awal kejatuhannya.
Dua bulan lalu, aku mengirimkan bukti-bukti itu. Anonim. Ke pihak berwajib. Penyelidikan dimulai. Orang-orang Ayahnya mulai panik. Bisnisnya terancam. Uang mulai menipis.
Dia tidak tahu siapa yang menusuknya dari belakang. Dia tidak akan pernah tahu.
Aku melihatmu tertawa. Tawamu begitu merdu, begitu riang. Seolah tidak ada beban di pundakmu. Seolah kau tidak tahu badai apa yang akan segera menerjang.
Hatiku sakit. Sangat sakit. Tapi aku tidak bisa menghentikannya. Ini adalah harga yang harus kubayar. Harga untuk cintaku yang dikhianati. Harga untuk rahasia yang harus kujaga.
Ketika kau berjalan menuju altar, mengenakan gaun putih itu, aku melihatnya. Aku melihat bayangan kematian menari-nari di sekelilingmu.
YA TUHAN! Aku ingin berteriak, memperingatkanmu. Tapi bibirku terkunci. Aku hanya bisa menatapmu, dengan air mata yang mengalir di pipiku.
Pernikahan berjalan lancar. Mereka terlihat bahagia. BAHAGIA!? Tapi aku tahu, kebahagiaan itu palsu. Kebahagiaan yang dibangun di atas pasir. Kebahagiaan yang akan segera runtuh.
Malam ini, ketika mereka berdua berbaring di ranjang pernikahan, mereka akan menerima kabar itu. Kabar tentang penangkapan Ayahnya. Kabar tentang kerugian besar yang menimpa keluarganya. Kabar yang akan menghancurkan semua yang mereka miliki.
Aku berbalik, meninggalkan keramaian. Aku berjalan menjauh dari altar, menjauh dari kebahagiaan palsu itu. Aku tahu, takdir telah berbalik arah. Dan balas dendamku… telah terlaksana.
Aku tidak akan pernah memberitahumu, Xiao Yue. Kau tidak akan pernah tahu kebenaran tentangku, tentang dia, tentang Ayahnya.
Namun, aku yakin, suatu hari nanti, kau akan mengerti. Kau akan mengerti mengapa aku memilih diam. Kau akan mengerti mengapa aku mengorbankan cintaku.
Dan ketika kau mengerti… aku sudah terlalu jauh untuk bisa kau raih.
Malam itu, aku duduk di bawah pohon sakura yang sedang berbunga. Angin bertiup lembut, membawa serta kelopak-kelopak bunga yang berguguran.
Aku mengangkat cawan anggur ke bibirku, meminumnya perlahan. Rasanya pahit. Seperti hidupku.
Aku menatap bulan, yang bersinar terang di langit malam. Aku tersenyum pahit.
Akankah kau pernah memaafkanku, Xiao Yue, atas dosa-dosa yang kulakukan demi cintaku padamu?
You Might Also Like: Agen Kosmetik Jualan Kosmetik Di
Post a Comment