Cerpen: Aku Mencintaimu Di Antara Batas, Dan Batas Itu Kian Menipis

Aku Mencintaimu di Antara Batas, dan Batas Itu Kian Menipis

Lorong istana itu sunyi, sedingin ES. Hanya derap langkah pelan yang memecah keheningan. Aroma cendana bercampur dengan bau lembab, seperti kenangan yang mengendap di dinding-dinding tua. Yue'er berjalan di lorong itu, gaun sutranya menyapu lantai dengan suara gemerisik pelan. Ia kembali. Setelah lima tahun dinyatakan tewas di medan perang, ia kembali.

Di ujung lorong, sosok itu menunggu. Kaisar, kakaknya sendiri, Li Wei. Tatapannya kosong, seolah jiwanya masih tertinggal di padang pasir tempat Yue'er "gugur".

"Yue'er?" bisik Li Wei, suaranya serak. "Apakah benar itu kau?"

Yue'er mendekat, wajahnya tertutup cadar tipis. Kabut pegunungan menyelimuti mereka, menyembunyikan rahasia kelam yang akan segera terungkap. "Kakak, aku kembali," jawab Yue'er, suaranya lembut namun menusuk.

"Bagaimana mungkin? Kami... kami menguburmu," Li Wei mencengkeram lengan Yue'er. "Siapa yang menyelamatkanmu?"

Yue'er melepaskan cengkeraman itu dengan anggun. "Takdir, Kakak. Takdir yang membawaku kembali untuk menagih janji yang dilupakan."

Mereka duduk di paviliun yang menghadap danau berkabut. Angin bertiup pelan, membawa aroma bunga plum yang pahit.

"Janji apa, Yue'er? Aku akan melakukan apa pun untukmu," kata Li Wei, matanya dipenuhi kerinduan dan penyesalan.

Yue'er tersenyum tipis, senyum yang tidak sampai ke matanya. "Dulu, Kakak berjanji akan menyerahkan tahta padaku jika aku pergi berperang menggantikanmu. Kau bilang, aku lebih pantas memimpin."

Li Wei terdiam. Kenangan itu seperti belati yang menancap di hatinya. "Aku... aku lupa. Negara ini membutuhkanku, Yue'er."

"Negara ini membutuhkan kekuatan, Kakak. Dan kau tahu, aku lebih kuat dari siapapun," balas Yue'er, sorot matanya setajam pedang.

"Kau... kau merencanakan ini semua?" tanya Li Wei, suaranya bergetar. "Kau sengaja menghilang, membiarkan kami percaya kau mati?"

Yue'er mengangkat cadarnya. Di wajahnya, tidak ada lagi jejak kepolosan. Hanya KEKUATAN dan ambisi yang membara. "Ya, Kakak. Aku merencanakan semuanya. Karena aku yang seharusnya duduk di singgasana itu."

Li Wei menatap adiknya dengan nanar. Selama ini, ia mengira Yue'er adalah korban. Tapi sekarang, ia melihat kebenaran yang mengerikan. Yue'er, yang dianggap lemah dan dilindungi, ternyata adalah dalang di balik semua ini.

Yue'er berdiri, membelakangi Li Wei. Kabut semakin tebal, menyembunyikan wajahnya yang penuh kemenangan.

"Kau tahu, Kakak," bisik Yue'er, suaranya dingin seperti es. "Pahlawan dan penjahat hanyalah perspektif."

Dan ketika kabut akhirnya menyapu bersih danau, Li Wei menyadari bahwa selama ini, ia hanyalah bidak dalam permainan Yue'er. Dan permainan itu, baru saja dimulai.

You Might Also Like: Rahasia Dibalik Arti Mimpi Membunuh_22

OlderNewest

Post a Comment