Cerpen Keren: Cinta Yang Terkunci Di Dalam Kotak Perak

Cinta yang Terkunci di Dalam Kotak Perak

Hujan tipis membasahi atap paviliun. Aroma melati dan darah bercampur, memenuhi udara yang pengap. Di hadapanku, Lin Wei tersenyum. Senyum yang selalu membuat jantungku berdebar, senyum yang kini terasa seperti cemoohan kematian.

Kami tumbuh bersama, seperti dua tangkai bambu yang berdekatan. Lin Wei, adikku, belahan jiwaku, dan juga musuh bebuyutanku yang tersembunyi. Kami berbagi rahasia di bawah pohon sakura, bermimpi tentang dunia yang kami taklukkan bersama. Dulu, aku percaya setiap bisikannya adalah nyanyian malaikat. Sekarang, kurasa itu adalah mantra kegelapan.

"Kakak," bisiknya, suaranya selembut sutra namun setajam pedang. "Kau tahu, bukan? Tentang kotak perak itu?"

Kotak perak. Warisan keluarga yang terkutuk. Di dalamnya tersimpan bukan harta, tapi kebohongan. Kebohongan yang menelan seluruh keluarga kami, kebohongan yang mengikat kami dalam jaring kebencian dan pengkhianatan.

Kilasan masa lalu menyerbu benakku. Ayah yang selalu dingin dan jauh. Ibu yang menangis dalam diam di balik tirai. Dan Lin Wei, selalu di sana, menatapku dengan mata misterius yang tak terbaca. Aku selalu merasa ada sesuatu yang disembunyikannya.

"Aku tahu," jawabku, suaraku serak. "Kau yang mengambilnya, bukan?"

Lin Wei tertawa. Tawa yang dingin dan menusuk. "Ambil? Aku hanya mengambil apa yang seharusnya menjadi milikku. Ayahmu... dia bersalah. Dan kau, Kakak, kau menutupi kesalahannya."

Pengkhianatan. Kata itu bagaikan es yang membekukan jantungku. Selama ini, aku percaya padanya. Aku melindunginya. Aku bahkan rela mengorbankan diriku sendiri untuknya. Tapi ternyata, aku hanyalah pion dalam permainannya.

"Kenapa?" tanyaku, air mata mulai mengalir di pipiku. "Kenapa kau melakukan ini?"

"Karena cinta," jawabnya, matanya berkilat. "Cinta yang terlarang. Cinta yang kau rampas dariku."

Saat itu, aku mengerti. Cinta. Akar dari segala kekacauan ini. Cinta yang membakar, cinta yang menghancurkan, cinta yang mengikat kami berdua dalam takdir yang tragis.

"Kau mencintai... siapa?" bisikku.

"Ibu kita," jawab Lin Wei, senyumnya berubah menjadi seringai. "Aku selalu mencintainya. Dan dia... MENCINTAIKU."

Dunia runtuh di sekelilingku. Ibu. Ibuku? Pengkhianatan yang lebih dalam dari jurang Mariana. Aku menatap Lin Wei, melihat monster yang bersembunyi di balik wajah malaikatnya.

Tanganku meraih pedangku. Dendam berkobar dalam diriku. Aku akan membalas semua ini. Aku akan membunuhnya, meskipun itu berarti aku harus mati bersamanya.

Pertarungan dimulai. Kilatan pedang beradu di bawah guyuran hujan. Setiap tebasan adalah jeritan, setiap tikaman adalah pengakuan. Kami menari dalam tarian kematian, terikat oleh cinta dan kebencian.

Aku terluka. Lin Wei terlalu kuat. Atau mungkin, aku terlalu lelah untuk terus berjuang. Aku melihat kematian mendekat, sebuah kelegaan yang menyakitkan.

Sebelum kegelapan menelanku, aku berbisik, "Kotak itu... ada di-"


Semoga kisah ini bisa memberikan nuansa dracin tragis yang Anda inginkan.

You Might Also Like: 0895403292432 Reseller Skincare Bisnis

OlderNewest

Post a Comment