Bikin Penasaran: Surat Itu Membakar Perjanjian Damai, Dan Bersama Abu Itu, Namaku Hilang Dari Ingatanmu

Malam itu kelabu, selabu kain kafan yang membungkus harapan. Salju turun dengan brutal, menutupi tanah dengan lapisan dingin yang mengingatkan pada hati Li Wei, sedingin es. Dinding-dinding istana berbisik, setiap ukiran naga seolah menertawakan perjanjian damai yang rapuh, yang kini terbakar menjadi abu di perapian.

Dia, Pangeran Zhao, berdiri di sana, siluetnya terbakar cahaya oranye yang berkedip-kedip. Matanya, sekelam jurang tak berdasar, menatap kosong pada tumpukan abu di tangannya. Abu yang dulunya adalah surat. Surat darinya. Surat yang mengungkap segalanya.

"Jadi... INI kebenarannya," bisiknya, suaranya serak dan bergetar. Di balik aroma dupa yang menenangkan, tercium bau darah. Darah di salju. Darah dia.

Li Wei terisak dalam diam, bersembunyi di balik pilar-pilar besar. Setiap tetes air mata yang jatuh terasa seperti timah panas yang membakar pipinya. Cinta? Dikhianati. Janji? Dilanggar. Masa depan? Hancur berkeping-keping, seperti kaca yang pecah di bawah kaki kuda perang.

Dulu, mereka adalah dua jiwa yang terikat takdir. Pangeran Zhao, pewaris tahta yang dingin dan perhitungan, dan Li Wei, putri jenderal yang berani dan setia. Cinta mereka tumbuh di taman terlarang, di antara bunga sakura yang mekar di musim semi. Mereka berjanji, di bawah rembulan pucat, untuk selamanya bersama, untuk membangun kerajaan yang adil dan damai.

Tapi rahasia kelam masa lalu selalu mengintai, menunggu saat yang tepat untuk merenggut segalanya. Surat itu, yang dikirim oleh tangan tak terlihat, mengungkap konspirasi. Pengkhianatan. Kebohongan. Surat itu, yang seharusnya membawa perdamaian, justru membakar jembatan cinta dan kepercayaan.

Di dalamnya tertulis bahwa Li Wei adalah anak haram dari musuh bebuyutan keluarga Zhao. Bahwa dia hanya alat untuk menghancurkan kerajaan dari dalam. Kebohongan yang begitu sempurna, hingga Pangeran Zhao, yang dibutakan oleh amarah dan rasa sakit, mempercayainya.

"Namamu... namamu akan dilupakan, Li Wei," desisnya, suaranya penuh dengan kebencian yang pahit. "Bersama abu ini, kau akan lenyap dari ingatanku."

Li Wei menutup mata. Dia tahu. Dia tahu inilah akhirnya. BAlas dendam akan menjadi warisannya. Dia telah merencanakan ini selama bertahun-tahun. Membiarkan dirinya dicintai, dipercaya, hanya untuk mengubur racun perlahan-lahan ke dalam sistem mereka.

Dia keluar dari persembunyian. Pangeran Zhao menoleh, matanya bertemu dengan mata Li Wei yang penuh air mata. Air mata di antara dupa dan abu.

"Aku mencintaimu, Zhao," bisiknya, suaranya nyaris tak terdengar. "Tapi cintaku... adalah KUTUKAN bagimu."

Li Wei mengangkat tangannya. Di tangannya tergenggam botol kecil berisi cairan bening. Cairan yang akan mengakhiri semuanya. Racun tanpa penawar, yang dia ciptakan sendiri.

Pangeran Zhao mencoba mencegahnya, tapi terlambat. Li Wei menenggak cairan itu dalam satu tegukan. Senyum tipis menghiasi bibirnya.

"Balas dendam... adalah hidangan yang paling nikmat disajikan dingin," gumamnya, sebelum jatuh ke tanah, di atas salju yang ternoda darah.

Pangeran Zhao berlutut di sampingnya, mencoba meraih tangannya. Tapi sudah terlambat. Rohnya telah pergi.

Malam itu terasa ABADI. Hujan salju tak kunjung reda. Di antara abu dan darah, Pangeran Zhao terisak, meratapi kehilangannya.

Dia tidak tahu, bahwa racun yang diminum Li Wei bukan hanya mengakhiri hidupnya, tapi juga menggerogoti otaknya, perlahan-lahan menghancurkan ingatannya. Nama Li Wei, wajah Li Wei, cinta mereka, SEMUA akan dilupakan.

Dia akan ditinggalkan dengan rasa sakit yang tak terlukiskan, tanpa tahu mengapa.

Dia akan hidup dalam kegelapan, selamanya.

Dan setiap kali dia melihat abu, dia akan merasakan dinginnya kematian, tanpa tahu bahwa di antara abu itu, bersemayam BALAS DENDAM yang sempurna.

Pangeran Zhao mengangkat surat yang terbakar itu, lalu membiarkannya terhempas ke lantai. Di balik aroma dupa dan darah, ia mencium bau… almond pahit.

Dan dengan begitu, malam itu baru saja dimulai, janji di atas abu yang tak kan pernah terlupa, dan dia tidak pernah tahu bahwa bayang-bayang akan selalu menemaninya.

You Might Also Like: Dracin Terbaru Aku Mencintaimu Seperti

OlderNewest

Post a Comment