Kau Datang di Tengah Upacara, dan Aku Lupa Siapa Pengantinnya
Aroma dupa cendana memenuhi udara, berpadu dengan wangi bunga plum yang dibawa angin. Musik Guqin mengalun syahdu, namun telingaku berdenging. Pemandangan di hadapanku kabur, seolah terhalang tirai air mata yang tak tumpah. Aku berdiri di tengah halaman luas, dikelilingi tamu undangan yang berpakaian sutra berwarna cerah. Di ujung sana, di bawah altar pernikahan megah, seorang pria berdiri tegap.
Pria itu… SIAPA DIA?
Aku, Jiang Lianhua, putri tunggal Jenderal Jiang yang gagah berani, seharusnya menjadi pengantin wanita. Seharusnya, aku tahu siapa pria yang akan kupersunting hari ini. Namun, kepalaku kosong. Kosong seperti sumur yang lama ditinggalkan.
Lalu, dia datang.
Dari gerbang utama, seorang pria berjalan perlahan. Jubahnya berwarna hitam legam, kontras dengan warna-warni perayaan di sekelilingnya. Wajahnya teduh, nyaris tanpa ekspresi, namun matanya… mata itu bagaikan bintang yang jatuh ke bumi. Tatapannya menembus kerumunan, langsung menuju ke arahku.
Dunia di sekitarku TERHENTI.
Dia, satu-satunya, yang terlihat jelas. Yang lain hanyalah bayangan buram.
Dia mendekat, langkahnya mantap, seolah tahu ke mana ia harus pergi. Para penjaga berusaha menghentikannya, namun ia melesat melewati mereka, seolah mereka hanyalah debu yang beterbangan.
Ketika ia berdiri tepat di hadapanku, ia membungkuk hormat. "Maafkan kelancangan saya, Nona Jiang," ucapnya dengan suara yang dalam dan bergetar, "Saya datang untuk mengingatkan Anda."
Mengingatkan? Tentang APA?
Sentuhan jarinya di pergelangan tanganku memicu gelombang memori yang DAHSYAT. Kilasan masa lalu menyerbuku: Istana yang berkilauan, intrik para selir, pengkhianatan, pedang yang menembus dada, dan… wajahnya. Wajah pria yang berdiri di altar.
Dia!
Dia adalah Pangeran Rui, cinta pertamaku, orang yang kusayangi lebih dari nyawaku sendiri… orang yang menusukku dari belakang untuk merebut tahta.
Di kehidupan sebelumnya, aku adalah Putri Mei, pewaris tahta Kerajaan Bulan. Aku dibutakan oleh cinta, menyerahkan segalanya padanya. Dan ia memanfaatkanku, menyingkirkanku, lalu menikahi selir kesayanganku.
Pangeran Rui, yang sekarang bernama Kaisar Li, menatapku dengan senyum palsu. "Lianhua, sayang, siapa pria ini? Kenapa kau menundanya?"
Aku menatapnya, lalu menatap pria berjubah hitam. Namanya… ia memperkenalkan dirinya sebagai Bai. Ia adalah… pelindungku. Utusan dari dunia lain yang membantuku bereinkarnasi.
Aku tersenyum tipis. Balas dendamku tidak akan berdarah-darah. Balas dendamku akan jauh lebih manis.
"Kaisar Li," ucapku dengan suara lantang, "Maafkan saya. Saya tidak bisa menikahi Anda. Hati saya telah menjadi milik orang lain." Aku menggandeng tangan Bai, menatap Kaisar Li dengan dingin. "Saya memilih untuk mengabdikan diri pada kuil dan melayani para dewa bersama Bai."
Wajah Kaisar Li memerah padam. Kerajaan yang ia renggut dengan pengkhianatan, sekarang akan ia pimpin tanpa sekutu kuat. Jenderal Jiang tidak akan pernah mendukungnya. Dan aku… aku akan bahagia.
Bai membawaku pergi, menjauh dari keramaian, menjauh dari masa lalu. Saat kami menaiki kereta kuda yang menungggu, ia menoleh padaku dan tersenyum. Senyum yang tulus, senyum yang hangat.
"Kita akan bertemu lagi, Lianhua, ketika musim semi abadi tiba…"
You Might Also Like: 7 Fakta Mimpi Memberi Makan Ulat Dalam
Post a Comment